Thursday, 2 July 2015

Ramadhan Tetap Romantis

Bulan Ramadhan.........Lantas bagaimana dengan agenda mesra para suami istri ? Apakah romantis harus kita tangguhkan terlebih dahulu hingga lebaran tiba ? Sanggupkah kita ? Jika tidak, a
dakah alternatif lainnya ?.
Sebelum berbicara lebih jauh tentang kemesraan selama bulan Ramadhan, ada sebuah hadits yang perlu kita renungkan terlebih dahulu. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda ketika Ramadhan datang menjelang : " Sungguh telah datang padamu sebuah bulan yang penuh berkah dimana diwajibkan atasmu puasa di dalamnya, (bulan) dibukanya pintu-pintu surga, dan ditutupnya pintu-pintu neraka jahannam, dan dibelenggunya syaitan-syaitan, Di dalamnya ada sebuah malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Barang siapa diharamkan dari kebaikannya, maka telah diharamkan (seluruhnya) "(HR Ahmad, Nasa'i dan Baihaqi)
Ramadhan sering datang dengan tiba-tiba, dan berlalu begitu cepat tanpa terasa. Ia adalah momentum termahal yang pernah kita punya untuk mendulang pahala. Ini mirip bulan promosi dan besar-besaran yang ditawarkan di pusat-pusat perbelanjaan. Kebaikan nilai pahalanya menjadi berlipat-lipat, semua orang berburu memborongnya. Saya sering mengibaratkan Romadhon itu : Bagaikan kita mendapat 'hadiah' di sebuah pusat perbelanjaan. Kita diberi kesempatan untuk mengambil semua barang belanja di dalamnya, namun hanya dalam waktu sepuluh menit ! Allah SWT menggambarkannya dalam Al-Qur'an : " (yaitui) dalam beberapa hari yang tertentu" ( QS Al-Baqarah 184)
Semua kita, jika diberi kesempatan 'gratisan' semacam itu, pasti segera meloncat lalu berlari menuju rak-rak belanjaan untuk segera mengambil barang-barang, dari yang termahal hingga termurah. Nyaris tanpa henti hingga waktunya selesai. Lelah berkeringat bukan masalah. Apa yang dalam pikiran kita adalah ini kesempatan berharga.. Sekali lengah atau berhenti bisa berarti kerugian yang tak terbayangkan.
Apa makna dari gambaran tersebut ? Arti yang harus kita pahami bahwa Ramadhan memang benar-benar berbeda. Perlu interaksi, konsentrasi dan energi yang berbeda pula dalam menyikapinya. Jangan sekali-sekali menyamakan Ramadhan dengan sebelas bulan yang lainnya. Berbeda dan sungguh berbeda.
Ini berarti, dalam bulan Ramadhan juga diperlukan sebuah kemesraan yang berbeda. Apa sajakah ?
Mesra dalam Mendulang Pahala
Sebagaimana program-program sebelumnya, kita selalu berusaha menyisipkan 'misi romantis' dalam setiap hal yang kita lakukan. Begitu juga saat Ramadhan, dimana banyak rangkaian program ibadah yang cukup ketat disyariatkan. Disitulah kita dituntut untuk lebih kreatif. Mencari celah-celah yang memungkinkan untuk investasi romantis. Tanpa mengurangi kekhusyukan dalam beribadah. Tanpa mengotori ketulusan niat kita dalam beribadah. Namun justru dalam kerangka saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa. Allah SWT berfirman : " Dan tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran " (QS Al Maidah 2)
Mari kita lihat sejenak peluang-peluang romantis yang ada dalam bulan agung ini. Untuk mendulang pahala sekaligus menguatkan ikatan mesra antara suami istri.
1. Makan Sahur, ada Keberkahan ada Kemesraan
Keheningan sebelum fajar pasti menggoda setiap insan untuk lebih mesra. Bahkan munajat di sepertigamalam yang terakhir selalu saja menghadirkan ketenangan yang luar biasa. Di saat-saat yang romantis itulah saat untuk bersahur tiba. Perjuangan membangunkan pasangan sudah menjanjikan banyak celah untuk mesra. Belum lagi jika ditambah dengan menyiapkan hidangan sahur bersama-sama. Menyantapnya berdua atau bersama keluarga pun akan menghadirkan keakraban yang berbeda dari biasanya. Waktu sahur hati kita terasa begitu lapang.Beban pikiran belum terlalu banyak berdesakan di kepala kita. Inilah saat yang tepat untuk mendulang mesra. Lebih jauh lagi, ada keberkahan yang sudah seharusnya kita mendapatkannya dengan sahur bersama. Dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda : Bersahurlah kalian, sesungguhnya di dalam sahur itu ada keberkahan ( HR Bukhori dan Muslim)
2. Kegembiraan Saat Berbuka
Rasulullah SAW bersabda : " Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka ( buka puasa dan juga saat Idul Fitri) dan kegembiraan saat bertemu Tuhan mereka " ( Hadits Bukhori & Muslim )
Setiap hari sepanjang bulan Ramadhan, ada kegembiraan yang layak untuk dirayakan. Hidangan buka puasa –apapun bentuknya- selalu ditunggu-ditunggu. Saat maghrib benar-benar menjelang, tidak ada alasan untuk segera menikmatinya. Mengejar keberkahan yang dijanjikan. Dari Sahl bin Sa'd, Rasulullah SAW bersabda : " Manusia senantiasa berada dalam kebaikan, selama mereka menyegerakan berbuka " ( HR Bukhori dan Muslim)
Diantara kegembiraan dan keberkahan itulah, tercipta sebuah nuansa kemesraan yang baru. Tidak sekedar makan dan minum bersama untuk mengembalikan kekuatan raga. Cobalah juga beberapa hal yang menguatkan jiwa mesra Anda berdua. Berbukalah dengan satu suapan kurma dari tangan pasangan Anda. Atau berbukalah dengan ciuman tanpa kata-kata. Bahkan sesederhana air putih pun bisa menjadi lambang kemesraan, jika diminum segelas berdua. Jangan lupa untuk mengawali semua mesra itu dengan doa. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru bin Ash, Rasulullah SAW bersabda : " Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pada saat berbuka ada doa yang tidak akan tertolak " (HR Ibnu Majah)
3. Panen Kemesraan dalam Doa
Rasulullah SAW : Ada tiga orang yang tidak tertolak doa mereka : " Orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil, dan orang yang terdzalimi " ( HR Tirmidzi)
Dalam bulan Ramadhan ada istilah 'Manajemen Doa'. Artinya bagaimana mengoptimalkan kesempatan yang ada untuk berdoa. Doa bagi semua orang. Dari yang terdekat, hingga yang terjauh dibelahan bumi yang lain. Dari yang paling dicintai, hingga yang paling dibenci. Semuanya layak untuk di doakan. Suami istri juga berhak punya doa-doa khusus yang lebih mesra jika diungkapkan bersama. Tentang harapan datangnya buah hati, harapan tumbuh shaleh dan sehatnya sang buah hati, harapan tercurahnya rizki, harapan cinta sekaligus pertemuan abadi di akhirat nanti. Berdoalah dengan semangat. Hindari keraguan dan jauhi kemalasan. Berdoalah dengan penuh harapan dan ketamakan juga kemewahan ! Sesungguhnya dalam doa ada motivasi untuk berbuat lebih baik dari sebelumnya. Lihatnya betapa percaya dirinya Istri Fir;aun dengan meminta sebuah bangunan khusus di sisi Rabb-nya : " Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga " (QS At-Tahriim : 11)
Berdoalah, karena Allah SWT begitu dekat dan mengetahui setiap yang terlintas dalam hati dan benak kita. Allah SWT berfirman : " Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadaku tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku. Agar mereka selalu berada dalam kebenaran." ( QS Al-Baqoroh 186)
4. Mesra Saat Tarawih
Salah satu keunikan saat Ramadhan adalah banyak orang yang bisa bisa sholat malam berturut-turut sebulan penuh. Sementara pada malam sebelas bulan yang lainnya, hal ini sama sekali tidak terbayangkan. Sholat malam ramadhan yang akrab disebut dengan shalat tarawih, adalah salah satu peluang penghapus dosa-dosa kita sebelumnya. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda : " Barang siapa yang mendirikan (sholat) Romadhon dengan keimanan dan penuh pengharapan, akan Allah akan mengampuni dosa-dosanya terdahulu " ( HR Ahmad dan Ashabu Sunan)
Kemesraan saat tarawih jangan diartikan sepasang suami istri bersenang-senang dengan 'tarawih keliling' dari satu masjid ke masjid yang lain. Bukan pula kemesraan 'sekedar' berjalan kali bersama saat berangkat dan pulang tarawih. Meski hal itu juga cukup mahal dan berharga bagi pasangan suami istri yang sebagian besar memilih berangkat sendiri-sendiri. Mesra saat tarawih adalah ketika sesekali Anda mengajaknya untuk sholat tarawih berjamaah di rumah. Istri selalu bangga jika berjalan berduaan dengan suaminya. Begitu pula sholat, ada kemesraan yang tercipta saat suami tercinta menjadi imam sholatnya. Kebanggaan untuk menjadi makmum bagi sang kepala rumah tangganya. Kemesraan dan kebanggaan ini akan berpadu menjadi sebuah kenangan. Dan inilah karakter khas Ramadhan, selalu menciptakan kenangan-kenangan. Ini pula yang membuat Ramadhan selalu dirindukan.
5. Mesra dalam Tadarus Al-Quran.
Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur'an. Bulan yang seharusnya menuntut kita semua untuk lebih dekat pada Al-Quran. Memenuhi kewajiban-kewajiban kita terhadap Al-Qur'an. Mulai dari membaca, menghafal, mentadabburi dan lebih-lebih mengamalkan dan mengajarkan (mendakwahkan) isi kandungan Al-Quran. Kerja-kerja semacam ini membutuhkan kesungguhan dan semangat yang berlebih. Apalagi saat terik mentari membakar dan raga dipenuhi letih. Nyaris Al-Quran menjadi jarang tersentuh. Maka disinilah peluang baru tercipta. Kesempatan emas untuk mendulang pahala sekaligus meraih mesra. Setiap pasangan tampil untuk menyemangati yang lainnya. Saling mengingatkan tentang sebuah keutamaan. Bahwa Ramadhan begitu mahal untuk terlewatkan begitu saja. Mulailah dengan tadarus. Tilawah bersama secara bergantian sebulan penuh. Target khatam sekali sebulan akan menjadi lebih ringan Insya Allah.
Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata : Ia (Jibril) mendatangi beliau (Rasulullah SAW) setiap malam di bulan Ramadhon, dan mengajarkannya pada beliau Al-Quran (tadarus ) (HR Bukhori),
6. Sepuluh Hari yang Menentukan
Dari Aisyah ra, ia berkata : adalah Nabi SAW ketika masuk sepuluh hari yang terakhir (Romadhon), menghidupkan malam, membangunkan istrinya, dan mengikat sarungnya (HR Bukhori dan Muslim)
Melepas Ramadhan biasanya diliputi kesedihan. Namun jangan sampai kesedihan ini berbuah kemalasan. Karena sedih dalam arti menyesal dan menangis tidak banyak menghasilkan pahala. Melepas Ramadhan justru dengan semangat yang berlipat ganda untuk mengejar pahala. Ada lalilatul qadar award yang senantiasa membayang dalam impian kita. Perburuan malam seribu bulan itu akan lebih semangat jika dilakukan bersama-sama. Saling berlomba dan saling mengingatkan. Baik di rumah ataupun saat itikaf di masjid. Rasulullah telah mencontohkan. Beliau membangunkan istrinya untuk bersama-sama mengejar kemuliaan. Ini memang bukan saatnya egois untuk memesan rumah di surga sendirian. Sementara lahan kosong di surga begitu luas terbentang. Wallahu a'lam.
Menjaga Mesra dengan Elegan
Begitu elegan syariat Islam memperlakukan manusia dengan sifat kemanusiaannya. Kita tidak dipaksa menjadi malaikat dengan beribadah terus menerus. Tidak pula kita dibiarkan tenggelam menjadi hewan yang sibuk makan dan bersetubuh saja. Begitu pula dalam Ramadhan. Puasa tidak lantas menutup semua celah bagi suami istri untuk saling berbagi rindu. Ada malam-malam Ramadhan yang bisa menjadi saksi mesra dan gairah antara suami istri. Ini bukan sekedar halal namun juga sebuah pengakuan. Pengakuan atas sisi kemanusiaan kita yaitu nafsu. Sebuah ayat menyatakan dengan penuh sindiran tentang hal ini.
“ Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan Ramadhan bercampur dengan istri-istri kamu. Mereka itu adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan nafsumu. Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu … “ (QS Al-Baqarah : 187)
Serangkaian kemesraan pada malam hari Ramadhan begitu indah digambarkan: suami istri menjadi pakaian bagi yang lainnya. Bahasa sederhananya adalah saling menutupi, saling melindungi, dan akhirnya saling memberi ketenangan. Puncak aktifitas mesra pada malam Ramadhan –tentu saja – adalah jimak. Halal. Pembahasan tentang jimak sudah kita bahas sebelumnya, dan rasa-rasanya tidak terlalu jauh berbeda antara Jimak di malam Ramadhan dan yang selainnya. Karenanya kita akan lebih konsen pada kemesraan-kemesraan yang mungkin tercipta di siang hari Ramadhan. Mungkinkah ?
Alhamdulillah. Menjaga mesra di siang Ramadhan dengan penuh elegan sudah sejak lama dicontohkan. Beliaulah –SAW- yang senantiasa proporsional dalam setiap aktifitasnya. Bahkan kemesraan-kemesraan yang beliau ciptakan sama sekali tidak mengganggu kekhusyukan. Lebih jauh lagi, tidak membatalkan puasanya. Mari kita belajar mesra dari qudwah dan junjungan kita.
Apa saja prestasi mesra beliau di bulan puasa.
1. Tetap Mesra di Malam Ramadhan
Dari Abu Bakr bin Abdurrahman, Ummu Salamah berkata : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam pernah bangun pagi dalam keadaan junub karena bersetubuh, bukan karena mimpi. Namun beliau tidak berbuka dan tidak mengqadha (mengganti) puasanya “. (HR Muslim (III/138)
Begitulah Rasulullah SAW sebagai pedoman. Malam Ramadhan bukan berarti menjauh dari istri atas nama kekhusuyukan. Mengingkari sebuah kebutuhan yang telah dihalalkan. Jadikan malam Ramadhan penuh kenangan yang beragam. Kenangan dalam ibadah juga kenangan dalam berlabuh mesra bersama pasangan. Tinggal pandai-pandai memanajen waktu yang ada. Antara habis tarawih dan sebelum sahur. Agar di siang hari syahwat kita tidak terlunta-lunta.
2. Tetap Mencium mesra saat berpuasa
Dari Aisyah ra, ia berkata : Adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mencium dan memeluk (istrinya) padahal beliau sedang berpuasa dan beliau adalah orang yang paling dapat mengendalikan nafsu seksualnya diantara kamu } HR Bukhori (V/51) dan Muslim (III/135)
Ternyata siang hari Ramadhan tidak selalu diliputi kehausan. Bagi sebagian pemburu mesra waktu apapun akan dijadikan ladang pahala mesra. Apalagi jika Rasulullah SAW telah mencontohkan. Seolah mengisyaratkan bahwa beliau sangat paham, bahwa ada sebagian umatnya yang juga tetap romantis di saat puasa.
Mencium mesra saat dahaga melanda adalah bagai guyuran air hujan yang sejuk dari langit sana. Mencium mesra saat puasa memang membutuhkan manajemen potensi syahwat yang ketat dan luar biasa. Sekali saja tergelincir penyesalan menjadi tiada guna. Karenanya, berlatihlah mencium untuk menghias mesra saja, tanpa perlu syahwat ikut bergelora. Ciuman sayang, ciuman kasih, banyak yang bisa kita lakukan selain ciuman syahwati. Seperti ketika sang suami pulang dan mendapati istrinya tidur. Lalu ia mencium kening istrinya dengan pelan agar tak terjaga. Inilah ciuman mesra yang penuh kasih. Tak ada campur tangan syahwat dan gairah.
Jika Anda ingin lebih dari sekedar mencium. Pastikan bahwa rambu-rambu batasan harus telah jelas terpancang. Pastikan pula bahwa agenda ibadah dan kekhusyukan jangan sampai hilang tanpa kesan. Jika mau bersabar, setelah maghrib episode mesra akan lebih berkesan insya Allah.
3. Tetap Mesra Saat I'tikaf
I'tikaf adalah aktifitas berdiam diri di dalam masjid, memenuhi waktu-waktunya untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Dilihat dari artinya, maka itikaf seolah tidak menyisakan celah bagi kita untuk romantis. Apalagi isyarat ini dikuatkan dengan antisipasi awal dalam Al Quran, dimana Allah SWT berfirman : " Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beritikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya " ( QS Al-Baqarah : 187 ). Walhasil, lengkap sudah alasan bagi kita untuk sejenak menutup pintu romantis lalu menata konsentrasi kita untuk lebih utuh dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Namun uniknya, kenyataan siroh yang indah mencatat banyak hal romantis yang dilakukan Rasullah SAW bersama istri-istri beliau, sekalipun dalam masa itikaf. Sekali lagi ini bukti keselarasan syariah Islam dengan para perindu romantis sepanjang masa. Ia tidak menutup satu pintu romantis kecuali membuka pintu-pintu yang lainnya. Inilah peluang-peluang yang harus utuh terbaca oleh setiap pemburu romantis.
Dari Aisyah ra, ia berkata : Adalah Rasulullah SAW ketika sedang beri'tikaf, beliau menjulurkan kepalanya kepadaku, lalu aku menyisir (rambut)nya, dan beliau tidak masuk ke rumah kecuali untuk sebuah keperluan " ( HR Bukhori 1889 , Muwatho' (605), Muslim (445), Abu Daud (2111) Tirmidzi (733)
Dari Shafiyyah binti Huyay, Ia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam melakukan itikaf, pada suatu malam aku datang mengunjunginya, lalu saya berbicara dengan beliau, kemudian saya berdiri untuk pulang. Beliau pun berdiri bersamaku untuk mengantarkan aku pulang, sedangkan tempat tinggalnya saat itu di kampung Usamah bin Zaid ( HR Bukhari dan Muslim dan Abu Daud )
Duh romantisnya ketika sedang itikaf, sang istri datang dan ikut merawat suaminya. Membersihkan wajah, menata rambut atau sekedar menyemprotkan minyak wangi misalnya. Mencari tempat yang tidak membuat pandangan para mu'takifin terlena meski sebentar. Ada pula peluang lain yang tak kalah berpahala ; menyiapkan logistik sang suami saat itikaf. Pastikan dia yang tercinta tak kelaparan saat tak bermalam dengannya. Makanan kesukaannya pasti sudah sama-sama hafal diluar kepala, apalagi saat ditambah bumbu rindu, maka semoga ini menambah semangat sang suami dan kekuatannya dalam memburu kemuliaan seribu bulan.
Dan pada akhirnya, langkah -langkah sang suami dalam mengantar kepulangan istri ke rumahnya, bisa berubah menjadi investasi pahala yang tak kalah menarik dengan aktifitasnya di dalam masjid. Jika bukan diniatkan mengikuti sunnah, apa lagi ? Seperti Ibnu Umar yang sangat idealis dalam meniru setiap gerak-gerik rasulullah SAW. Atas dasar kecintaan yang abadi.
Awas, hati-hati provokasi !
Bulan Romadhon sejatinya adalah bulan tempat kita bisa mengintip surga. Merasakan kedekatan dengan surga melalui amal-amal terbaik kita. Pintu-pintunya pun terbuka. Bahkan syaitan sang penggoda harus diikat kuat tak berkutik. Lalu tinggalah kader-kader syaitan dari jenis manusia yang masih merajalela. Kita biasa menyebutnya dengan nafsu. Nah, nafsu inilah –jika kita tidak hati-hati- akan merubah program romadhon romantis kita berubah menjadi tidak keruan. Dari janji pahala menjadi ancaman dosa. Dari mesra yang berpahala menjadi kemenangan sang durjana.
Banyak produk-produk provokasi syetan yang difollow up dengan baik oleh sang nafsu mampu menghancurkan pahala puasa kita. Yang paling semu mungkin adalah ketika mesra kita justru ternoda dengan kata-kata kotor dan keji. Bermesraan di siang Romadhan sungguh perlu intensitas pengendalian diri yang cukup. Karena ketika mesra kita justru menjadi parade kata-kata seronok dan vulgar, jangan ada sesal ketika lapar dahaga kita menjadi tiada guna. Naudzu billah.
Dari Abu Hurairah ra : Rasulullah SAW bersabda : "Tidak puasa itu dari (menahan) makan dan minum saja. Akan tetapi puasa dari hal yang sia-sia dan kata-kata keji " (HR Ibnu Khuzaimah dan Hakim : Sohih dengan syarat Muslim)
Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda : " Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan dari puasanya kecuali hanya rasa lapar. Dan betapa banyak orang yang sholat malam, tapi tidak mendapatkan dari sholatnya kecuali hanya begadang " (HR Ibnu Majah, Nisa'i, Hakim : Shohih dengan syarat Bukhori)
Produk provokasi setan yang lebih hebat lagi adalah ketika nafsu kita begitu menggelora di siang ramadhan, lalu melampiaskannya begitu saja pada sang istri trecinta. Akibatnya sungguh berbahaya. Serentetan hukuman menunggu kita, jadi itu sangat menyulitkan dunia dan akhirat kita. Ini bukan kasus baru, salah seorang sahabat ada yang jauh keasyikan melampaui mesra hingga menjimak istrinya di siang ramadhan.
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Seseorang datang kepada Nabi SAW lalu berkata : Sungguh celaka aku ya Rasulullah ! Beliau SAW berkata : Apa yang membuatmu celaka ? Laki-laki itu menjawab : " Aku menjimak istriku di siang romadhon " . Lalu Rasulullah SAW bersabda : " Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk membebaskan budak?" Ia menjawab : " Tidak". Nabi bertanya kembali, " Apakah kamu mampu untuk berpuasa dua bulan berturut-turut ? ". Ia menjawab ," Tidak". Kemudian ia duduk dan Nabi datang dengan sekantung besar kurma,Beliau SAW bersabda : Bersedekahlah dengan ini !. Laki-laki itu bertanya : " Apakah untuk yang paling miskin di antara kami ? Tidaklah ada diantara penduduk kampung yang lebih membutuhkan itu daripada kami ". Maka Nabi SAW pun tertawa hingga terlihat gerahamnya, lalu beliau bersabda : Pergilah dan berilah makan keluargamu ! " ( HR Jamaah)
Begitulah, kisah di atas menjadi semacam kontrol bagi kita, sebelum, sesudah, dan ketika akan bermesraan di siang bolong ramadhan. Mesra boleh saja, namun tolong secukupnya saja. Tidak bertaburan kata-kata penuh berahi, apalagi dilakukan di atas ranjang dan kamar tertutup yang berarorama wangi. Secukupnya saja, karena kita harus menyimpan energi romantis kita untuk nanti selepas maghrib. Saat berbuka dan seterusnya adalah momentum mesra yang sah-sah saja. Sebuah kemurahan Allah atas fitrah kita yang selalu ingin mesra.
“ Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan Ramadhan bercampur dengan istri-istri kamu. Mereka itu adalah pakaian bagimu dan kamu adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan nafsumu. Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu … “ (QS Al-Baqarah : 187)

No comments:

Post a Comment